tgl

Sabtu, 16 Februari 2019

Bikin Ribut, RSUD dr M Soewandhie Laporkan Keluarga Pasien ke Polisi


Kabar Pojok SurabayaRSUD dr M Soewandhie melaporkan keluarga pasien ke Polrestabes Surabaya. Laporan tersebut terkait adanya keributan lelaki berinisial W membuat insiden keributan di IGD (Instalasi Gawat Darurat) RSUD dr M Soewandhie pada Jumat (15/2) malam.


Keributan tersebut bahkan menjurus ke arah ingin memukul petugas. Berbekal rekaman CCTV, pihak rumah sakit membuat laporan kepada Polrestabes Surabaya.
"Laporan kami masukan hari ini (Sabtu), untuk selanjutnya dapat diproses oleh rekan-rekan di kepolisian sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku," terang pelaksana tugas (Plt) Dirut RSUD dr M Soewandhie, Febria Rachmanita, Sabtu (16/2/2019).
Febria lantas menjelaskan kronologis insiden tersebut. Pada Jumat (15/2) siang, pasien atas nama Surati masuk ke IGD RSUD dr M Soewandhie. Pasien langsung mendapat serangkaian penanganan antara lain, pemeriksaan laboratorium, EKG (monitoring rekam jantung), infus, dan foto thorax.
Rangkaian penanganan tersebut memang membutuhkan waktu. Misalnya saja, EKG dimana pasien dimonitor rekam jantungnya. Untuk mendapatkan hasil maksimal, perekaman ritme jantung dilakukan antara satu hingga dua jam. Sedangkan tes laboratorium juga memerlukan proses hingga hasilnya dapat diketahui.
Di sisi lain, pihak RSUD dr M Soewandhie juga berkoordinasi dengan RSUD Dr. Soetomo untuk persiapan rujukan. Dari koordinasi tersebut, pasien baru bisa dirujuk di atas pukul 18.00 Wib. Pada pukul 17.00 Wib, perawat sudah berupaya mencari keluarga pasien, baik melalui panggilan via speaker hingga mencoba menyisir rumah sakit, mulai bagian depan hingga belakang.
Namun, perawat gagal menemukan keluarga pasien. Pada pukul 19.15 Wib, W, menantu Surati, bersama istrinya, datang ke rumah sakit. Perawat mencoba mengingatkan dengan sopan agar keluarga tidak meninggalkan pasien sendirian, sekaligus ingin memberikan penjelasan perihal teknis rujukan ke RSUD Dr. Soetomo.
Awalnya, W bersikukuh menyatakan bahwa dirinya tidak meninggalkan rumah sakit. Namun, keterangan W berubah dan mengakui bahwa dia sedang mengisi ulang daya ponselnya ketika sedang dicari petugas.
Besar kemungkinan pengisian daya ponsel dilakukan di luar rumah sakit, sebab di dalam rumah sakit tidak tersedia titik pengisian daya. Pada pukul 19.30 Wib, tiba-tiba W tidak bisa mengendalikan emosinya.
Pria berkumis tersebut berteriak-teriak memaki perawat dengan kata-kata yang tidak pantas. Dia juga mencatut nama salah satu anggota DPRD Kota Surabaya. Perawat mencoba meredam emosi W dengan memberikan penjelasan secara sopan.
Bukannya mereda, emosi W malah menjadi-jadi. W sempat hendak memukul perawat tersebut. Beruntung aksi tersebut dapat dilerai oleh petugas keamanan di tempat. Namun saat proses peleraian, sikut W sempat mengenai wajah ketua tim perawat yang coba melerai.
Akibat insiden tersebut, pelayanan di IGD RSUD dr M Soewandhie sempat terganggu. Beberapa pasien yang membawa anak-anak tampak ketakutan dan memilih membawa anaknya menjauh. Oleh karenanya, Febria menegaskan, pihaknya akan membawa hal ini ke ranah hukum.
"Kami ada bukti CCTV secara utuh," ujarnya.
Menurut Febria, petugas di RSUD dr M Soewandhie selalu memberikan pelayanan terbaik sesuai SOP. Pasien maupun keluarganya tidak seharusnya melakukan perbuatan yang mengganggu kenyamanan publik, apalagi ini di rumah sakit, serta ada indikasi kekerasan terhadap petugas.
Dia melanjutkan, pihaknya telah menyediakan sejumlah sarana untuk menyampaikan segala bentuk ketidakpuasan atas pelayanan rumah sakit. Mulai dari SMS, email hingga personal yang dapat dihubungi.
Pengumuman tersebut tertera di banner-banner yang ada di beberapa sudut rumah sakit. Di samping itu, masyarakat juga dapat mengadu ke akun media sosial sapawarga. Laporan tersebut bahkan akan masuk kepada Wali Kota Surabaya, jika tak kunjung ditindaklanjuti oleh dinas terkait.
"Buktinya, keluarga pasien yang lain tidak melakukan tindakan serupa. Artinya, pelayanan kami sudah sesuai prosedur dan semua terlayani dengan baik. Semoga, ini bisa menjadi edukasi bagi semua pihak," kata Febria yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya ini.
Dia menambahkan, upaya yang dilakukan juga merupakan bentuk perlindungan terhadap para petugas medis yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. (*/JatimNow)

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar