tgl

Jumat, 22 Mei 2020

Tak Ada Pemasukan dan Bantuan, Ini Curhat Penjahit Saat Pandemi Corona


Kabar Pojok Surabaya - Ramadhan dan tahun ajaran baru adalah saat yang ditunggu-tunggu penjahit. Karena pada momentum ini orderan jahit baju untuk lebaran dan baju seragam sekolah biasanya membludak. 

Namun, kehadiran virus Corona melenyapkan segalanya. Jangankan mendamba penghasilan yang ikut naik, akibat Covid-19 ini orderan jahit baju seragam sekolah yang ditunggu-tunggu juga lenyap.


Kondisi inilah yang saat ini sedang dialami Koirul Ajib, salah seorang penjahit. Pria yang buka kios di kawasan jalan Sawentar no. 24 ini mengaku sudah mempunyai banyak pelanggan.



"Biasanya bulan puasa seperti ini sudah banyak pelanggan yang datang ke kios. Entah untuk permak pakaian, atau bikin baju baru. Apalagi saat ini menjelang tahun ajaran baru, yang biasanya orderan jahit seragam sekolah cukup banyak. Bahkan sampai harus menolak order yang masuk", tutur bapak dua anak ini.

Sejak adanya pandemi corona ini, kiosnya jarang dikunjungi pelanggan. Bahkan dua orang karyawannya saat ini sudah pulang ke daerah asalnya di wilayah Demak, Jawa Tengah karena tidak ada orderan jahit yang dikerjakan.

"Selama corona ini kondisinya berubah 180 derajat. Sehari pernah hanya dapat uang 5 ribu, namun yang sering malah nggak dapat apa-apa", katanya.


Pria kelahiran Demak ini mengaku belum pernah sama sekali mendapat bantuan sosial sebagai dampak dari pandemi covid-19. "Belum pernah sama sekali dapat bantuan sosial dari pemerintah. Apa itu berupa uang tunai atau sembako", tuturnya.

Sehari-harinya Koirul beserta keluarganya ngekos di jalan Candisari. Kamar kos yang sederhana dan tidak begitu luas itu dia tempati dengan istri dan dua orang anaknya yang masih kecil beserta seorang keponakan. 


Meski sepi pelanggan, Koirul tetap membuka kiosnya yang berlokasi tusuk sate dari arah jalan Jagiran. "Seperti semut yang berjalan di padang pasir, yang dalam perjalanannya suatu saat akan mendapatkan makanan. Yang penting tetap berikhtiar", katanya optimis. [edh]




Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar