Mobilnya berhenti di tepi salah satu ruas Jalan Raya Tenggilis Surabaya setelah sebuah motor yang menyalipnya melambat dan laki-laki pengendara motor itu melambaikan tangan. Bu Teguh mengira laki-laki itu butuh pertolongan sehingga menepikan mobil yang dia kendarai.
Saat itu, dia dan anaknya sedang dalam perjalanan pulang ke Rungkut setelah membeli makanan di kawasan Jalan Raya Tenggilis. Mobilnya baru saja putar balik ketika motor laki-laki itu menyalip dari kiri dengan kecepatan tinggi.
"Saya lihat jalanan aman, kok, tidak ada kendaraan. 100 meter habis putar balik motor itu menyalip dari kiri. Kenceng banget. Saya sampai kaget. Lalu dia melambaikan tangan. Saya kira mau minta tolong. Saya berhenti," katanya seperti dilansir suarasurabaya.net.
Tidak seperti yang dia kira, ketika turun dari motornya dan berjalan ke arah mobilnya, laki-laki itu langsung menggedor kaca mobilnya dan marah-marah kepada Bu Teguh (dia meminta disebut begitu karena mengaku masih ketakutan).
Laki-laki itu memintanya turun. Tak hanya memaksa, laki-laki itu bahkan juga melontarkan ancaman-ancaman, terutama agar Bu Teguh tidak melaporkan hal itu ke polisi. "Ya jelas saya takut dan tidak turun dari mobil," ujarnya.
Bu Teguh sempat kebingungan. Dia mengaku perasaannya saat itu campur aduk, takut dan bingung dengan situasi yang sedang dia hadapi. Apalagi, dia sempat meminta pertolongan kepada orang-orang di sekitar lokasi tapi tidak dihiraukan.
"Saya sempat minta tolong, ada bapak-bapak tukang parkir, terus ada toko juga. Tapi mereka seperti tidak peduli. Saya coba telepon keluarga tapi tidak bisa. Akhirnya saya telepon 112. Alhamdulillah dijawab," katanya.
Bu Teguh bertahan di dalam mobil menunggu petugas command centerdatang untuk menolongnya. Petugas yang menerima teleponnya juga berpesan begitu. Sementara, laki-laki itu tetap menggedor kaca mobilnya dan terus mengancam.
Mungkin tidak terlalu lama. Mungkin karena saking takutnya Bu Teguh mengatakan dia menunggu sekitar 20 menit. Selama itu juga laki-laki itu menggedor kaca mobilnya dan mengeluarkan ancaman-ancaman.
Ketika petugas kepolisian tiba di lokasi, laki-laki itu juga masih berada di lokasi. Petugas itu pun memintai keterangan, termasuk meminta keterangan Bu Teguh. Kepada polisi, laki-laki itu mengaku motornya diserempet mobil Bu Teguh.
Bu Teguh tetap membantah, dan bersikeras selama perjalanan dia memperhatikan kondisi jalan yang dia yakini sedang lengang. Bu Teguh mengatakan, sikap laki-laki itu berubah drastis ketika ada polisi. Laki-laki itu menjadi lebih sopan.
"Beda banget. Coba kalau santai, saya tidak mungkin ketakutan seperti sekarang. Polisi sempat tanya, mau dilanjutkan apa tidak perkara ini? Saya jawab tidak, saya sudah maafkan. Saya tadinya mau liburan sama keluarga dan tidak mau jadi ribet," katanya.
Bu Teguh mengaku masih ketakutan dan trauma. Karena itu dia meminta bantuan petugas polisi. Dia pulang ke rumahnya di kawasan Rungkut dengan pengawalan mobil polisi dan kembali berkumpul dengan keluarganya.
"Ya, ini bisa jadi pelajaran untuk semua. Saya juga tidak tahu, orang itu berniat melakukan kejahatan apa tidak. Tapi ini cukup membuat saya ketakutan sampai sekarang. Anak saya sampai histeris. Saya sih pesan, jangan pernah turun dari mobil kalau mengalami hal seperti itu. Hubungi keluarga atau hubungi 112," ujarnya. [ss/*]